Bagaimana dengan perubahan Hp sebagai alat komunukasi manusia?
Komunikasi, terpenting dari apapun. Sejak manusia mengenal bahasa. Tanpa komunikasi bagaimana berinteraksi? Bagaimana jalannya dunia ini? Maka manusia pun berinovasi..
Hp (Hand Phone) yang lumrah sebagai alat komunikasi penghubung jarak, mempersingkat yang jauh, dimana selalu jadi alasan untuk sekedar bertutur kata. Sekarang, bahkan lebih dari itu. Ekspektasi dreams come true yang dulu katanya hanya khayalan saja. Hp yang sudah jadi kebutuhan wajib hampir seperti sandang pangan, yang jelas sekali kini berubah. Mengalami perubahan bentuk dan fungsinya
Sejarah kemunculan hp dengan banyak versi mengungkapkan bahwa hp itu sendiri terus berkembang, berinovasi. Ada yang menyebutkan ditahun 1918, seorang pakar switching Amerika Serikat mencoba membuatnya. Begitu banyak versi-versi ceritanya. Yang jelas hp diketahui pertama kali memiliki berat hingga 2 kilogram. Hmmm..., bandingkan dengan sekarang?
Dalam rentan waktu dari awal abad ke 19 hingga saat ini, berat itu semakin menurun. Layaknya orang menjalani diet, dan berhasil. Hp mulai dari yang namanya hape (saja) hingga sampai ada jenisnya seperti Smartphone, Android atau apapun itu memiliki berat sekitar 100 sampai 125 gram. Benar-benar perubahan yang sangat signifikan. Sangat mempermudah kita untuk dibawa kemanapun.
Hp yang hanya sekedar sebagai penghubung dengan cepat, yang hanya untuk mengatakan Hallooo, lalu berubah menjadi perangkat layaknya berkirim surat. SMS mewakili kata Sending Messages Service tak jauh berbeda seperti berkirim surat. Suatu perubahan fungsi yang sangat cepat sekali, sms hadir sebagai pengganti untuk mengabarkan diri.
Setelah itu apalagi? Banyak!
Hp yang tak hanya bisa menghubungi satu dengan yang lain atau berkirim pesan, semakin berinovasi dengan tambahan bisa melihat waktu, ada alat penghitungnya seperti kalkulator, bahkan juga bisa mendengarkan radio. Di Indonesia, hp dengan merk N yang masih lumayan berat itu saja begitu banyak orang ingin membelinya. Tapi hp yang dengan cepat muncul berbagai jenisnya tersebut lumayan bisa dijangkau masyarakat menengah kebawah diakhir 90an dan awal millenium. Tidak seperti hp yang bentuknya sering dibilang orang mirip walkie- talkie, hanya kalangan menengah keatas saja yang mampu membelinya. Dengan harga yang lumayan mahal pastinya(untuk masa itu). Lagi dan lagi, hingga kini begitu tipisnya, ringan, dimana bisa menyimpan file melalui memory card , yang juga mengalami perubahan ukuran dari yang setengah ukuran hp nya hingga yang sangat kecil saat ini hampir seperti sobekan kertas.
Ukuran yang semakin mengecil, lalu besar dan melebar, kemudian menipis. Tampilan layar yang sempit dipenuhi tombol berganti jadi layar penuh dimana mampu berinteraksi dengan sentuhan saja, membuat hp istilah touchscreenseperti naik kasta. Orang-orang dengan cepat meninggalkan tombol-tombol yang membuat sakit jempol itu.
Hanya 1 kata, canggih!
Seterusnya mengalami perubahan. Visi dan misi yang hanya untuk komunikasi, bertambah lagi dimana tersedia jaringan internet. Membuat siapapun bisa browsing kesitus-situs website. Dengan mengisi pulsa alias kuota, begitu cepat, mudahnya memperoleh informasi, berita, apa saja. Bermain games dari yang bentuknya abstrak kotak-kotak sampai yang three D(3D)atau tiga dimensi seperti asli. Bisa ber-selfie-selfie, merekam video seperti acara ditelevisi, fitur editan foto suka-suka hingga bisa merambah sosial media dari berinternet ria. Ya, layakya seperti datang kewarnet, hanya dengan hp ditangan, selamat datang didunia maya. Wadah ajang eksis kata-kata, status-status yang kebanyakan fana, foto-foto editan dengan wajah yang tak seberapa menjadi daya tarik yang sebenarnya tidak nyata.
Sebagaimana kita ketahui kalau sosial media dengan berbagai nama menawarkan pertamanan secara luas, menjangkau seluruh lapisan, melintasi batas suku, agama, ras, kota bahkan dunia. Dengan hasil yang, ya bisa dilihat saat ini. Semua hal tersebut menjadikan manusia seperti terkungkung dalam penjara tapi tanpa terali besi. Hp menjadi tidak bisa lepas dari genggaman. Pulsa atau kuota adalah syarat mutlak keberlangsungan hp-hp itu. Charger atau Powerbank menjadi jiwa raga dan nafas kehidupannya.
Perubahan fungsi dimana menelepon dan sms-an bukan jadi yang utama. Masih layakkah disebut hp?. Entahlah! Masih juga disebut hp sampai detik ini. Istilah Gadget yang lebih kekinian, disebutkan untuk keberadaan hp saat ini mengacu hanya kepada dunia maya sehari-harinya
Misal, pemandangan sekelompok anak remaja, dewasa bahkan paruh baya, ibu-ibu, bapak-bapak yang seperti tak mau kalah dengan anaknya, sama. Adalah dunia maya yang menyatukannya, sosial media tempatnya. Siapa saja yang mempunyai barang wajib ini benar seperti namanya, telepon genggam. Terus digenggam, hampir tidak pernah lepas. Setiap saat melihatnya. Tak tahu apa yang dilihat, ya urusannya. Sudah menjadi suatu kewajiban layaknya makan. Kenyataan, bukan kiasan. Laporan Nokia pada MindTrek ditahun 2010 saja mengatakan bahwa, rata-rata orang mengecek/melihat hp sekitar 150 kali dalam sehari.
Ada apa ini?
Salah satu dari bentuk produk betapa canggihnya hp, sosial media, tapi tidak juga mengartikan sosialisasi itu sendiri. Banyak teman didunia maya, tapi tak punya teman sejati didunia nyata. Teknologi informasi yang kian canggih berujung pada fitnah dan aib yang makin tersebar. Suatu hasil yang mengalami kemunduran kualitas manusia, jauh seperti hp yang menatap kemajuan. Seperti sebab akibat yang sayangnya memang seperti itu sekarang.
Menonton konser dengan tiket jutaan rupiah seperti tidak berarti apa-apa, tidak benar-benar dinikmati layaknya tontonan berharga, karena sibuk dengan hp nya. Merekam suasana, selfie-selfie saja. Mengapa? Selalu tak mau absen eksis, langsung upload-upload kesana-sini. Dimana esensi dari menonton konser itu sendiri? Mau makan seperti layaknya makan saja harus difoto-foto. Bukan mendahulukan doa. Manusia saat ini seperti lambat tapi pasti melupakan kebiasaan manusiawinya.
Akhirnya, kita harus kembali lagi ke sifat manusia itu sendiri untuk melihat bahwa segala sesuatunya pasti ada sisi postif dan negatifnya. Kalau punhp yang banyak sisi negatifnya, tapi layaknya kita juga harus melihat sisi positif, kembali keawal lagi untuk hidup yang lebih baik nanti.