Suara Millennials dan Gen Z Indonesia.

Aku, kau, Mereka dan Facebook.

On 7/31/2016 with No comments


Aku, kau, Mereka dan Facebook.
ilustrasi: asik dengan facebook

Empat tahun, sudah berjalan Rizky berdomisili di kota Blin-blan di provinisi entah berantah (bukan anta berantah). Tahun pertama di lalui di kota tersebut, ia merasa seperti tersesat di hutan rimba, yang harus meraba dan nyasar ke sana- sini.

Dalam hati ia berkata, sampai kapan bertahan di kota entah berantah itu. Rasa sepi, terus di lalui sampai teringat kebiasan lama ia bermain MIRC, dan Friendster. Dengan Blackberry (BB) di tangan, ia pun langsung membuka Facebook, maklum di BB aplikasi MIRC dan Friendster tidak bisa di buka. 
Satu persatu status di bukanya, masih tetap seperti di dunia nyata. Di sana (FB), status-statusnya ada yang memposting, makian, rasa cinta dan lainnya. Selain itu, beberapa postingan porno juga ada di sana, tanpa sensor atau lainya.

"Ah sama saja membosankan, tak ada yang menarik," gerutunya dalam hati.

Tahun terus berganti, perkembangan dunia maya berkembang dengan begitu pesat terutama di Facebook yang diciptakan oleh Zuckerberg pada 4 Februari 2004. Bahkan tweeter, path, instagram terbilang masih belum bisa menggoyahkan facebook. Saat ini, Facebook sudah seperti dunia nyata, apalagi dibarengi dengan teknologi handphone berbasis android atau semacamnya.

Rasa bosan terus, muncul dalam hati Rizky, ia pun berjalan ke belbagai tempat tongkrongan yang ada di kota itu. Masih tentang Facebook yang menjadi viral terus merambat ke berbagai sisi.

Sesampainya di tempat togkrongan, ia bertemu dengan teman-temannya. Bukannya senang, ia malah jengkel karena satu jam pertemuan dengan teman-teman barunya di satu tempat tongkrongan, mereka tampak asik dengan android. Karena bosan dengan pertemuan itu, rasa iseng pun muncul, dilihatnya lah satu persatu android mereka dan benar saja teman-temannya sedang asik bermain facebook. Bukannya membalas status teman lainnya, mereka rupanya saling berbalas komentar foto yang mereka upload di facebook.

"Ajab, yang main facebook nya mereka," gerutunya.

"Ngapain lah kita ngumpul di sini, kalau cuman balas-balas komentar bagus di rumah masing-masing," ucapnya kesal kepada teman-temannya. 

“Sudah santai saja, di sini saja kita dulu,” ucap Endra teman

Setelah dua jam berkumpul, ia pun permisi untuk pulang. Sedang teman-teman dia, masih asik berbalas status.

Ia pun sebanarnya, sudah terjangkit virus Facebook. Kembali dibukanya Facebook nya, kembali di kota Blin-blan ada fenomena lain, masing-masing individu tampak sibuk membuat group. Tidak hanya, group bahkan di facebook tersebut, sudah ada yang mengaku Walikota dan Gubernur. 

"Adeh, Ada-ada saja lah uwak-uwak ini," ucapnya sambil geleng-geleng kepala

Selang seminggu, ia pun kembali berkumpul bersama teman-temanya. Dalam pertemuan itu, memang teman-temannya tidak membuka facebook, dan lebih membahas membuat group dan tunjuk menunjuk admint. 
Semula berjalan, lancar-lancar saja, apalagi group yang diciptakan mereka kebanyakan berjiwa sosial. Tapi lama kelamaan aneh, masing-masing dari temanya ribut tidak jelas dengan alasan yang juga tak jelas dan sampai saat ini pertemanan mereka renggang. 

Entahlah siapa yang salah diantara mereka. Tapi yang jelas salah aku, karena bertemu mantan dari facebook baru ku, seperti lagu Gigi.

Antara Persahabatan dan keegoaan

Rasa kesal, masih juga belum bisa hilang. Dalam hati Rizki terus bertanya, apakah seperti ini sahabat, di depan belagak malaikat, di belakang menjadi setan.

Degan rasa kesal, tersebut membuat ia tak sadar melontarkan makian terhadap sahabatnya saat menaiki angkot. Meski dengan suara kecil dan halus, makian tersebut terdengar jelas oleh penumpang lainnya yang duduk di depan Rizki. 

Sorot Mata keheranan dari penumpang terus, seakan menelanjanginya. Untung lah, tak berselang lama ia langsung berhenti karena angkot tujuanya sudah berada di depan kampusnya.

"Pinggir, pinggir bang," teriaknya dari dalam angkot.

Dengan kaki yang lebar, ia langsung melangkah seakan ingin hilang dari rasa malunya dalam angkot tadi. 

"Woi, cepat kali lagkah kaki mu. Mau boker atau lagi di kejar setan," ucap Dohin, membuka percakapan dengan Rizki. 

"Eh, hin, ngk ada pingin cepat aja," jawab Rizki. 

"Oh ya, kalian kenapa, kok maki-makian di facebook, udah lah buat malu saja," ucap rizki.

"Ngak ada apa-apa kok, aku heran kenapa mereka, kayak tak mau melihat kami maju," ucap Dohin.

Perbincangan panjang pun terjadi, antara keduanya. Ya, untung saja, jam masuk kelas masih sekitar dua jam lagi. 

Rizki, sendiri awalnya marah kepada teman-temannya yang baru di kenalnya satu tahun belakangan di kota Blin-blan di provinisi entah berantah (bukan anta berantah). Apalagi, saat itu ia hanya menilai keributan yang terjadi antara mereka hanya permasalahan kecil, miskomunikasi di Facebook.

Ia pun mencoba, menjadi penengah kepada teman-temannya, sampai akhirnya ia pun kesal terhadap dua kelompok temannya yang terpecah. 

Apalagi, kedua kelompok temannya tersebut, seakan tidak mau mengalah. Karena yang terjadi antara persahabatan dan keegoaan. 

Tak terasa sankin asiknya keduanya berbincang, Rizki pun harus masuk ke kelas untuk mulai perkuliahan mata kuliah perkembangan peserta didik. 

Sesuai kuliah, siang itu ia mencoba menghubungi, Endra sahabat lainnya yang terlibat konfilik dengan Dohin. Kembali, si Endra bercerita banyak, dan menyatakan dirinya tidak ada masalah, namun kelompok Dohin yang menyalah. 

"Heran kali lah, sama mereka, Masaan tak mau melihat kami maju," ucapnya sama seperti yang di sampaikan Dohin.

"Orang itu lucu, Masaan awak tak mau bersinergi mereka marah," oceh Endra.
Mendengar ocehan, si Endra membuatnya tersenyum dan sakit kepala. Rokok yang berada di tanganya langsung dihisapnya. 

"Mau kali orang itu (Rohin cs), di akal-akalin Toyep," ucapnya.

"Kalau aku mana mau, kalau mau bersinergi yang jelas lah. Masaan seperti, di kasih dana dari Donatur untuk kegiatan tapi tak mau ngasih tahu berapa," ucapnya.

Satu lagi, si Lio (teman rohim lainnya), menurut Endra tak habis pikir dengan sikapnya. Endra menilai, Lio seakan mengambil keuntungan, dari sakitnya adik si Lio di rumah sakit.

"Si Lio itu, adiknya sakit, eh datang kemarin mau buat among-among untuk sinergi group FB, karena masih ada sisa uang yang diberi teman-temannya dari adiknya yang di rawat di rumah sakit," ucap Endra lagi

Ia pertentangan mereka, sepanjang pengetahuan Rizky berawal saat membuat Group di Facebook. Saat itu, Endra, Dohin, dan lain-lainnya membuat group bernama Rakyat suara Blin-blan. Sampai akhirnya datang Toyip, untuk membuat group kumpulan Blin-blan.

Saat itu, Dohin, Toyip, Lio bergabung menjadi satu paket. Sedangkan Endra, Taufan dan Arifin temannya yang lainnya bertahan dengan group mereka.


Masih, Aku, Kau, Mereka, dia dan facebook

Pagi itu, Rizky bangun dengan semangat 45, ia mandi lalu berpakaian kebangsaannya celana jeans dan kaos oblong. Hari ini Rizky memang tidak kuliah karena sedang libur semester. 

Tiba-tiba, suara HP nya berbunyi, memang bukan suara panggillan telepon atau pun bunyi sms, melainkan bunyi update status di facebook nya. Satu persatu status di bacanya dan dari sekian bayak status, ia terkejut membaca update status temannya. 

Dalam status temannya tersebut, mempertanyakan kegiatan teman lainnya yang membersihkan masjid setiap jumat, meski di Masjid tersebut mempunyai BKM dan katannya mempunyai saldo sampai ratusan juta.

"Apalagi lah, status si laktiung ini, semua ondak diurusnya," ucap Rizky dengan nada heran. 
Apalagi menurut temannya tersebut, status tersebut ingin membuka wawasan bagi teman-temannya yang membersihkan masjid tersebut.

Ya Masjid secara fisik merupakan bangunan biasa, yang terdiri dari lantai, tiap dan atap. Namun, secara spiritual, masjid adalah poros nadi umat yang sangat fundamental. 

Dalam zaman Rasulullah, sahabat dan sampai saat ini masjid selain menjadi media agar sukses menjalin hubungan secara vertikal dengan Allah. Masjid juga menjadi perekat antar sesama umat.

Dalam Hadist Ibnu Majah, “Barang siapa yang mengeluarkan kotoran dari masjid maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga,”.

Zaman memang sudah berubah dan modern, sehingga masjid-masjid membutuhkan pengurusnya. Namun, membersihkan masjid tentu saja bukan monopoli mereka. Selama mempunyai niat yang mantap, siapa pun punya peluang yang sama untuk mempersiapkan bangunan di surga, yakni dengan membersihkan masjid.

"Tapi ya sudalah, tak penting itu, semuanya kembali kepada Allah. Yang putih akan tetap menjadi putih dan yang hitam tetaplah menjadi hitam," ucapnya.

Kembali saat ia sedang sibuk di kamarnya, suara panggilan telepon berbunyi.

"Eh abang, udah di mana, jadi ke rumah. Kok lama kali datangnya," tanya Sari.

Ia belakangan hari ini, Rizky sedang PDKT dengan Sari anak wak silam yang tinggal di daun salam. Satu pelajaran, kita bukan lah Tuhan dan jangan menjudge dan jangan pernah sok paling pintar. 
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »