ils: Bunuh diri |
Terserahgue.com - Baru-baru ini netizen dihebohkan dengan kasus bunuh diri yang dilakukan Pahinggar Indrawan (36) dengan cara live di Facebook. Langkah tersebut, dilakukannya karena, mengalami depresi karena ditinggalin istri yang dianikahi selama 17 tahun.
Banyak kasus bunuh diri yang seperti yang dilakukan, Pahinggar Indrawan. Namun yang membuat beda, kasus bunuh diri yang dilakukannya membuat kita sadar, bahwasannya ada satu bom waktu didiri kita yang bisa membuat kita melakukan hal bodoh seperti itu
Dari data yang ada, 90 persen yang membuat seseorang melakukan bunuh diri ternyata menderita depresi.
Seperti yang dikutip dari Kompas.com dr.Andri Sp.KJ mengatakan, depresi bukanlah perasaan stres atau sedih biasa, namun perasaan yang tidak bahagia dan merasa tak punya harapan.
Hal ini tentulah yang akan diikuti oleh berbagai gejala klinis yang menyebabkan gangguan mood atau perasaan hati yang menurun.
"Orang yang depresi akan merasa tidak ada harapan akan kehidupan atau putus asa. Kondisi ini diikuti dengan gejala lain seperti susah konsentrasi, malas, tidak bertenaga, tidak nafsu makan, dan sering ada ide untuk bunuh diri," kata psikiater dari RS Omni Alam Sutera Tangerang ini.
Gangguan tersebut berlangsung setidaknya selama dua minggu yang akan mengganggu fungsi sosial dan kegiatannya sehari-hari.
Pengalaman negatif dalam kehidupan juga bisa menyebabkan depresi, misalnya kematian orang terkasih, perceraian, perpisahan, kehilangan pekerjaan, penyakit berat, kekerasan seksual, dan sebagainya.
Bisa diobati
Perempuan disebut beresiko dua kali lipat menderita depresi dibandingkan pria. Menurut data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementrian Kesehatan RI tahun 2013, sekitar 6 persen atau 16 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional (depresi dan kecemasan).
"Itu hanya data yang dilaporkan, padahal gangguan jiwa seperti fenomena gunung es yang kelihatannya kecil tapi sebenarnya menyimpan potensi besar yang tak terlihat," katanya.
Depresi sebenarnya bisa diobati. Masyarakat bahkan bisa berobat secara gratis karena konseling atau pengobatan depresi juga ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Peran serta masyarakat juga diperlukan dengan lebih peka mengenali tanda-tanda depresi dan peduli jika ada perubahan perilaku pada orang terdekatnya.
"Intinya kita harus empati, menyadari bahwa depresi bisa terjadi pada siapa pun. Jangan ragu untuk berobat," kata Andri.
Keberadaan hotline atau pusat layanan tempat curahan hati orang yang ingin depresi atau punya keinginan bunuh diri di Indonesia sangat diperlukan. Layanan serupa di negara maju yang ditunjang tenaga profesional yang memahami situasi bunuh diri dinilai sukses menggagalkan aksi bunuh diri.
Sumber: Kompas.com