Lagu anak-anak Indonesia, saat ini sudah jarang lagi didengar. Banyak faktor yang membuat lagu anak, seakan menjadi barang yang langka baik itu kurangnya minat anak-anak dalam mendengarkan lagu anak atau yang lainnya.
Namun, faktor yang paling utama membuat lagu anak tersebut hilang karena kurangnya produser musik sampai media televisi memberikan ruang terhadap dunia anak.
Saat ini dengan kata makian yang ingin disebutkan, media televisi tidak pernah ikhlas dalam memberi ruang terhadap dunia anak. Jadi, wajar saja bila anak-anak berumur lima tahun lebih hapal bait-bait cinta dari penyanyi yang bukan seusia mereka.
Hal ini juga diperparah dengan tampilan imitasi beberapa program anak yang sama sekali tidak menyasar untuk kembalinya lagu anak-anak seperti sebelumnya. Lihat saja, ajang pencarian bakat yang ada tittle Juniornya, sering wara-wiri di televisi.
Dalam acara imitasi untuk anak tersebut, kalau ditonton hanya ada sekitar 30 persen porsi lagu anak yang dinyanyikan oleh mereka dan selebihnya lagu-lagu orang dewasa dan band.
Timbul pertanyaan, apakah para juri yang katanya penyanyi hebat dan pencipta lagu hebat tersebut, produser sampai pemilik televisi tidak pernah tahu lagu-lagu anak –anak. Seperti, diobok-obok, Du Di Dam, Susan punya Cita-cita, Katanya-katanya, Tante ku atau yang lainnya. Selain olah vocal mereka yang baik, mereka juga membawa kecerian dalam lagu-lagu yang mereka bawakan.
Buktinya saat itu, yang masih anak-anak sangat terhibur dan hapal dengan lagu-lagu anak yang di bawakan oleh Joshua, Trio Kwek-Kwek, Eno Lerian dan yang lainnya.
Jadi kembali makian dilontarkan, anak-anak itu bernyanyi, tidak hanya dituntut dengan olah vocalnya saja, tapi juga kecerian mereka dalam menyanyikan lagunya
Selain itu, saat ini ada yang bilang tidak adanya lagi sosok seperti Papa T Bob atau yang lainnya, untuk menciptakan lagu anak. Rasanya alasanya itu tidak lah tepat, dan yang ada saat ini produser musik lebih memilih untuk membawa lagu-lagu cinta kepada anak-anak.
Buktinya Grup Boy Bond yang ada embel Juniornya dimana saat itu personilnya masih berusia dibawah 17 tahun atau masih dibilang anak-anak, Produser lebih memilih mereka menyanyikan lagu-lagu yang bukan seumuran mereka. Dalam lagu yang perenah mereka nyanyikan, tak ada satu pun yang bernuansa kecerian anak-anak.
Intinya produser lebih memilih menghasilakan uang ketimbang mengembalikan dunia anak, karena saat itu Indonesia sedang dilanda wabah K-Pop. Hal itu pun terbukti, pundi-pundi uang ke producer mengalir begitu kencang.
Oh ya satu lagi, kata cacian yang ingin diungkapkan, kenapa saat ini televisi khususnya minggu pagi, sangat kurang memutar film kartun seperti di tahun 90-an. Bahkan ada stasiun televisi yang setiap minggu pagi lebih memilih untuk memutarkan berita gosip yang tak penting.
Kalau sudah seperti ini, jangan salahkan jika generasi anak kita saat ini sering disebut generasi alay. Anak-anak saat ini, sudah hilang dunianya. #saveduniaanak dan kembalikan dunia mereka.