Suara Millennials dan Gen Z Indonesia.

Pak Mentri, Sudahlah wacana Full Day School sudah ada Guru yang Dipenjara dan Dibunuh

On 8/13/2016 with No comments


Baru-baru ini, dunia pendidikan dihebohkan dengan wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang ingin menerapkan wacana full day School. Lantas banyak pihak yang secara terang-terangan menolak wacana tersebut, sampai membandingkan penerapan pendidikan sekolah di Finlandia yang belajar hanya lima jam dan tidak ada pekerjaan rumahnya.

Mungkin pak Mentri lupa akan satu hal, saat ini ada masalah yang lebih penting lagi dari wacana Full day School. Yakni, masalah perlindungan terhadap Guru, Pendidik maupun dosen di negeri kita yang tercinta ini

Dengan tidak adanya perlindungan terhadap guru, saat ini banyak kasus yang membuat mereka seperti seorang pelaku kriminal sampai korban dari tindak pelaku kriminalitas.

Bagaimana pendidikan di Indonesia ini bisa lebih maju, kalau lah perlindungan terhadap guru, pendidik, dosen atauapapun sebutannya tidak ada. Tak usah juga lah, kita memimpikan pendidikan kita sebagus Finlandia kalau kesejahteraan dan perlindungan terhadap mereka tidak ada.

Indonesia medio tahun 80 sampai 90an pernah berjaya dalam dunia pendidikan. Bahkan guru-guru di Indonesia pernah dikirim ke Malaysia untuk mengajar dan memajukan dunia pendidikan di negeri jiran tersebut. Apakah kita tidak pingin kembali lagi ke saat-saat seperti itu.

Jadi tolong Pak mentri yang terhomat, kesampingkan lah wacana full day school, sebelum ada perlindungan terhadap para pahlawan tanpa tanda jasa itu. 

Berikut kisah miris dari para Pahlawan tanpa tanda jasa kita:

1. Nurmayani dibui karena Mencubit

Nurmayani dibui karena Mencubit
Nurmayani dibui karena Mencubit
Kasus Nurmayani menjadi contoh tidak ada perlindungan terhadap para guru kita. Guru bidang Studi Biologi SMPN 1 Bantaeng tersebut dibui karena mencubit anak muridnya.

Iroinya, yang mempenjarakan Nurmayani itu merupakan seorang polisi yang tidak terima anaknya dicubit. Alasan Nurmayani mencubit anak polisi tersebut, karena sang murid bermain ludah dan mengenai badannya dan wajar rasanya guru tersebut marah.

Kalau memang anaknya tidak pingin diapa-apain sama guru, lebih baik didik anak itu sendiri di rumah.

2. Rahman sampai diadili di PN Banyuwangi

Jauh sebelum kasus. Nurmayani, pada tahun 2010 seorang guru SD di Banyuwangi harus menjalani persidangan. Ia menjadi duduk di kurai pesakitan PN Banyuwangi hanya karena menghukum anak muridnya dengan penggaris.

Ia pun mempunyai alasan, menghukung muridnya tersebut, karena anak muridnya itu menjahili teman sekelasnya sampai memangis. Lantaran ingin menghukum muridnya tersebut, ia pun memukul kaki muridnya dengan sebuah penggaris sampai akhirnya ia duduk di kursi pesakitan.

3. Dasrul Dianiaya oleh Orang tua Murid

Dunia pendidikan kembali tercoreng, baru-baru ini seorang guru di SMKN 2 Makasar dianiaya oleh Adnan Achmad ornag tua murid di sekolah tersebut. Akibat penganiayaan tersebut, ia mengalami patah hidung. 

Dasrul dianiaya oleh Achmad yang ternyata juga mantan muridnya tersebut karena tak terima anaknya ditegur karena tidak mengerjakan PR. Ironinya, lokasi penganiayaan tersebut terjadi di lingkungan sekolah.

4. Nur Ain Lubis dibunuh Mahasiswanya

Tidak hanya menjadi korban kriminalisasi,  bahkan para pahalawan tanpa tanda jasa tersebut jadi korban tindak pelaku kriminal bahkan sampai ada yang tewas. 

Pada perayaan hari pendidikan nasional tahun 2016, dunia pendidikan di negeri yang kita cintai ini mendapat kado terburuk dari yang pernah ada.

Nur Ain Lubis dosen di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menjadi korban pembunuhan oleh mahasiswanya. Sampai saat ini motif Roymardo Sah Siregar membunuh dosennya tersebut masih belum diketahui.

Pembunuhan sadis ini diketahui terjadi usai dosennya itu mengambil air wudu untuk melaksanakan salat zuhur

Tidak hanya empat kasus tersebut saja, masih banyak lagi kejadian serupa. Jadi pak mentri tolong kesampingkan wacana full day school, saat ini sudah banyak guru yang di penjara sampai dengan dibunuh. Kalau kejadian sertupa seperti ini terus, tak usahlah kita mengimpikan dunia pendidikan di Indonesia dapat maju seperti di Finlandia


Next
« Prev Post
Previous
Next Post »